Halo Sobat ! | Members area : Register | Sign in
About me | SiteMap
Diberdayakan oleh Blogger.

Enter your email address:

Delivered by FeedBurner

Powered by FeedBurner

Subscribe to Anak Kampung by Email

Cadangan dan Sumber Daya Batubara

Sabtu, 21 Mei 2016



Adaro menjalankan strategi untuk menciptakan nilai maksimal dari batubara Indonesia. Fokus perusahaan diarahkan pada pengembangan bisnis di Indonesia. Strategi ini didasarkan pada pertumbuhan, yakni pertumbuhan Indonesia, Asia Tenggara, Cina dan India. Adaro meyakini bahwa permintaan listrik negara-negara ini akan terus meningkat seiring peningkatan jumlah penduduk dan pertumbuhan ekonomi, sehingga pilihan bahan bakar akan tetap jatuh pada batubara dengan harganya yang terjangkau dan jumlahnya yang melimpah.

  Dengan demikian, Adaro memiliki pendekatan yang solid dan proaktif untuk menumbuhkan sumber daya batubara (deposit yang berpotensi layak untuk dikeluarkan) dan cadangan (bagian sumber daya batubara yang telah teridentifikasi, yang dapat ditambang secara ekonomis dengan teknologi yang ada).
Pendekatan yang dilakukan Adaro memerlukan adanya peningkatan sumber daya dan cadangan batubara baik di operasional tambang yang sudah berjalan di Kalimantan Selatan serta dengan mengakusisi dan mengembangkan properti batubara yang baru.

Gabungan hal-hal tersebut telah menopang pertumbuhan Adaro sampai memiliki kendali atas 12.8 miliar ton sumber daya batubara, sehingga saat ini Adaro telah menjadi salah satu dari segelintir produsen batubara di dunia yang dapat memberikan pasokan batubara yang handal dan dalam jangka waktu yang panjang kepada perusahaan-perusahaan listrik terkemuka yang sedang membangun pembangkit listrik berbahan bakar batubara di seluruh wilayah Asia.

Perjanjian pasokan jangka panjang dengan perusahaan-perusahaan ini akan memungkinkan Adaro untuk mencapai target produksi jangka menengahnya yang telah ditetapkan sebesar 80 juta ton per tahun, dibandingkan dengan skala produksi saat ini yang masih sekitar 56 juta ton per tahun.
Dalam hal pertumbuhan dari basis cadangan yang ada saat ini di konsesi Adaro Indonesia di Kalimantan Selatan, Adaro berupaya untuk terus tumbuh secara organik dengan membuat perencanaan penambangan yang terperinci. Dengan semakin bertambahnya usia tambang Tutupan, tambang Wara diharapkan akan menjadi pendorong Utah pertumbuhan organic, didukung dengan kontribusi dari tambang Paringin.
Per akhir tahun 2014, Adaro Indonesia memiliki sumber daya sebesar 4,9 Bt dengan cadangannya yang mencapai 862 Mt, yang dilaporkan menurut JORC.

Dalam jarak hanya beberapa kilometer di sebelah tenggara konsesi Adaro Indonesia, terdapat sebuah IUP milik PT Semesta Centramas (SCM), aset pertambangan kedua Adaro yang telah mulai berproduksi, yang memproduksi Balangan Coal.

Kegiatan pertambangan di SCM dimulai tahun 2014 dengan total produksi sebanyak 0,9 juta ton. SCM, bersama dua IUP lain yang lokasinya berdekatan yang saat ini sedang dalam pengembangan, memiliki sumber daya yang diperkirakan jumlahnya mencapai 296 juta ton.
Memperluas Konsesi Sampai ke Luar Kalimantan Selatan
Upaya untuk memperbesar basis cadangan dan sumber daya batubara melalui akusisi terhadap deposit batubara yang belum dikembangkan (greenfield) di Indonesia sangat penting bagi keberlangsungan perusahaan. Karena itu, selama lima tahun terakhir telah berhasil menjalankan program untuk peningkatan cadangan melalui diversifikasi produk, lokasi dan perizinan pertambangan.

Tim geologi yang berpengalaman didorong untuk menelusuri potensi batubara di Indonesia, yang kemudian dinilai dengan seksama berdasarkan kualitas aset, ukuran dan lokasinya. Adaro hanya akan mengakusisi deposit berkualitas tinggi dengan cadangan yang cukup besar untuk dikembangkan dengan strategi yang sama seperti yang dijalankan di Adaro Indonesia: biaya rendah, pertumbuhan belanja modal yang rendah, dengan kendali atas rantai pasokan dan pertumbuhan berkelanjutan yang sesuai dengan kebutuhan konsumen.
Secara keseluruhan, perusahaan telah menginvestasikan AS$744 juta untuk program akusisi selama tiga tahun terakhir, yang sebagian besar telah rampung per akhir tahun 2012.
Program akuisisi ini telah meningkatkan total potensi sumber daya batubara secara signifikan dan artinya Adaro telah meminimalisir risiko yang dapat ditimbulkan oleh ketergantungan pada satu tambang tunggal karena saat ini telah memiliki operasi di empat provinsi utama di Indonesia yang kaya akan kandungan batubara: Kalimantan Selatan, Sumatera Selatan, Kalimantan Timur dan Kalimantan Tengah.
Lokasi-lokasi baru ini sedang dipersiapkan untuk kegiatan penambangan, dan informasi lebih lanjut mengenai proyek ini dapat dilihat pada bagian Investasi untuk Masa Depan di laman ini.
Aset Batubara Adaro Energy
Aset Kepemilikan Tahun Akuisisi Sumber Daya Cadangan Jenis Perizinan
Adaro Indonesia, Kalimantan Selatan 100% 1982 4.9Bt 862Mt Batubara Termal PKP2B sampai 2022
IndoMet Coal Project (IMC) perusahaan patungan dengan BHP Billiton, Kalimantan Tengah 25% 2010 774Mt yang berasal dari lima dari tujuh konsesi n/a Batubara Kokas PKP2B sampai 30 tahun setelah penambangan dimulai
Mustika Indah Permai (MIP), Sumatra Selatan 75% 2011 282Mt 273Mt Batubara Termal IUP sampai 2030
Bukit Enim Energi (BEE), Sumatra Selatan 61% 2011 Penelitian geologi masih ditangguhkan n/a Batubara Termal IUP sampai 2031
Bhakti Energi Persada (BEP), Kalimantan Timur 10,22% (opsi kepemilikan hingga 90%) 2012 7.9Bt n/a Batubara Termal IUP sampai 2031-38
PT Semesta Centramas, PT Paramitha Cipta Sarana and PT Laskar Semesta Alam, Kalimantan Selatan 75% 2013 296Mt 71Mt Batubara Termal IUP sampai 2034

Tabel di atas menampilkan informasi yang terperinci mengenai sumber daya dan cadangan batubara yang sudah diukur atau diperkirakan di properti yang dimiliki oleh Adaro, yang dilengkapi dengan penjelasan singkat tentang sumber daya batubara dan aktifitas eksplorasi di tambang-tambang ini. Pada kotak di sebelah kanan terdapat dokumen PDF yang dapat diunduh untuk kuantitas dan kualitas sumber daya dan cadangan batubara Adaro.
Adaro Eksplorasi Indonesia
Divisi eksplorasi Adaro, PT Adaro Eksplorasi Indonesia (AEI), merupakan komponen utama dari kegiatan operasional Adaro. Sebelumnya, AEI hanya memfokuskan aktifitasnya pada operasional PT Adaro Indonesia di Tabalong, Kalimantan Selatan. Namun kini AEI telah melebarkan cakupannya seiring program akuisisi tambang yang dilakukan Adaro di Sumatra Selatan dan Kalimantan Timur.
Pada tahun 2014, Adaro meningkatkan pengetahuan akan aset batubaranya melalui eksplorasi batubara yang berkelanjutan, yang dicapai melalui penyelesaian berbagai lubang pengeboran. Untuk AI, 2014 merupakan tahun “pengeboran detil (infill drilling)” – saat untuk memfokuskan pada peningkatan status Sumber Daya Tereka menjadi Sumber Daya Tertunjuk dan Sumber Daya Tertunjuk menjadi Sumber Daya Terukur dengan mengurangi jarak antar lubang bor.
Untuk aset Adaro lainnya, tidak ada pengeboran tertentu untuk eksplorasi batubara pada tahun 2014.

*sumber : http://www.adaro.com*

Prediksi Perkembangan Batubara Dunia

Senin, 09 Mei 2016


NUSA DUA. Penyelenggaraan Coaltrans Asia ke-16 telah memasuki hari terakhir, namun peserta konferensi yang terdiri dari kalangan industri pertambangan, perbankan, akademisi dan jurnalis tampak masih antusias mengikuti jalannya dua sesi terakhir konferensi tingkat Asia ini. Sekitar 500 peserta masih mengikuti diskusi pada sesi 8 mengenai “Metallurgical Coal” dan sesi 9 yang membahas “Shipping and Logistic” di Audirotium Bali International Convention Centre (BICC), Nusa Dua, Bali, Rabu (2/6).

Yang menarik, pada akhir sesi ke-8, peserta yang hadir diajak untuk memprediksi perkembangan batubara dunia melalui polling yang dilakukan secara langsung. Menjawab pertanyaan mengenai kekhawatiran terbesar akan pertumbuhan ekonomi dunia yang akan berpengaruh pada industri batubara 2 tahun ke depan, 44% peserta mengkhawatirkan melambatnya pertumbuhan ekonomi China, krisis finansial dipilih oleh 32% peserta, sementara lainnya mengkhawatirkan pertumbuhan ekonomi Eropa (12%), inflasi karena stimulus fiskal/moneter yang berlebihan (8%) dan gangguan keamanan/terorisme (4%).

Pada pertanyaan selanjutnya mengenai harga kokas yang banyak diimpor dari China, 30% peserta menjawab bahwa supply-demand dalam negeri China dan kebutuhan impor menjadi faktor utama penentu harga kokas, 27% memilih tingkat produksi baja dunia yang paling berpengaruh, sementara lainnya menjawab terhentinya pasokan akibat masalah infrastruktur (18%), keseluruhan supply-demand dunia (18%) dan harga spot kokas (7%).

Selama ini, China merupakan pengkasil kokas utama dunia. Kokas adalah hasil karbonasi dari batubara atau sering disebut sebagai arang batubara. Proses pengarangan batubara (karbonasi) bertujuan untuk meningkatkan kualitas batubara. Kokas merupakan bahan bakar yang sangat penting pada peleburan logam karena dapat menghasilkan panas yang tinggi dan tahan lama.

Dengan tingginya pertumbuhan industri di China, 95% peserta bahkan memprediksi bahwa pada tahun 2015 nanti China tidak lagi menjadi pengekspor kokas, namun justru sebaliknya, China mulai mengimpor kokas dari negara lain, khususnya dari negara-negara di kawasan Asia. (KO)


* sumber : esdm.go.id 2016

Management Stokpile

Rabu, 03 Februari 2016


Stockpile Management 
Dalam Stockpile Management Ada 3 Point yang harus diperhatikan :
  1. Storage Management
  2. Quality & Quanitity Management
  3. Blending Management
Storage Management
Storage Management atau pengaturan penyimpanan batubara di stockpile sangat penting dalam stockpile management. Dalam mengatur penyimpanan batubara di stockpile, hal hal yang perlu diperhatikan adalah Desain stockpile dan Sistem penumpukan.
Desain Stockpile
Desain dari suatu stockpile ditentukan oleh beberapa hal berikut ini :
  1. Kapasitas penyimpanan batubara
  2. Banyaknya jenis product yang akan Dipisahkan di stockpile
  3. Fasilitas dan sistem penumpukan dan Pemuatan
Kapasitas penyimpanan Batubara
  • Kapasitas penyimpanan batubara di stockpile menentukan desain suatu stockpile. Stockpile yang berkapasitas kecil dengan batubara dengan kapasitas besar mungkin berbeda khususnya dalam penyiapan lahan dan preparasi lahan tersebut.
  • Pada stockpile dengan kapasitas yang besar, dasar stockpile harus benar-benar kuat dan kokoh menahan beban yang besar. Kalau tidak, base stockpile tersebut akan turun di bagian tengah, dan juga akan ikut menurunkan batubara yang ada di atasnya. Dalam kondisi seperti itu akan terjadi kehilangan batubara di stockpile.
Jumlah Product Yang dipisahkan
  • Banyaknya jumlah product yang akan dipisahkan menentukan luasan stockpile yang diperlukan.
  • Semakin banyak jumlah product yang dipisahkan semakin besar areal yang diperlukan.
Fasilitas Penumpukan dan pemuatan
  • Alat yang digunakan dalam sistem penumpukan dan pemuatan batubara di stockpile juga mempengaruhi desain atau areal stockpile yang digunakan.
  • Penggunaan stacker-reclaimer dalam sistem penumpukan dan pemuatan, membuat desain dan sistem penumpukan memanjang.
  • Stacker-reclaimer juga mempermudah dalam pemisahan batubara yang memiliki kualitas yang berbeda dan sekaligus juga mempermudah dalam blending batubar-batubara tersebut.
Desain Stockpile
  1. Di sekeliling stockpile dipasang instalasi spraying.
  2. Di sekeliling stockpile dibuatkan windshield atau penangkal angin.
  3. Stockpile dibuat memanjang searah dengan arah angin dominan (Prevailing Wind).
SISTEM PENUMPUKAN

Dalam penumpukan Batubara harus memenuhi Syarat sebagai berikut :
  • Sekeliling tumpukan batubara harus dapat diakses oleh unit maintenance seperti Wheel Loader atau Excavator.
  • Penumpukan harus memanjang searah dengan prevailing wind (arah angin dominan)
  • Setiap penumpukan harus dipastikan ditrimming agar tidak terdapat puncak-puncak kecil diatas tumpukan batubara
  • Slope permukaan stockpile yang menghadap ke arah angin harus dilandaikan sudutnya, bila perlu dipadatkan.
Quality & Quantity Management

Quality dan Quantity Management adalah proses yang paling penting dalam suatu stockpile management. Karena Quality dan quantity management bersifat terus menerus dan berjalan seiring dengan jalannya perusahaan. Quality & Quantity Management melibatkan hampir semua bagian di suatu perusahaan tambang batubara. Sedangkan di end user biasanya Quality dan Quantity management dipegang oleh Departement Fuel Handling.

QQM di Perusahaan Tambang Batubara

QQM di perusahaan tambang batubara melibatkan sebagian besar departement yaitu mulai dari Geology, Mine Planning, Tambang, Coal Processing, Quality Control, dan Shipping. Masing-masing berperan dan bertanggung jawab di bagian masing-masing dalam menciptakan sistem kontrol qualitas dan kuantitas yang baik.

Geology

Geology adalah bagian yang pertama-tama memberikan data mengenai jumlah cadangan, dan kualitas batubara yang berpotensi untuk diexploitasi. Geology Juga bertugas secara terus menerus mencari sumber cadangan batubara dengan melakukan explorasi. Data yang diberikan oleh Geology merupakan titik acuan awal mengenai jumlah cadangan batubara dan kualitas batubara.

Mine Planning

Mine Planning bertugas meneruskan pengolahan data dari geology, dengan membuat rencana tambang yang didalamnya dilengkapi dengan data mineable reserve, mine design, perhitungan alat, scheduling, dan lain-lain. Mine Planning juga bertugas melakukan kajian dan evaluasai setiap perkembangan kualitas dari mulai data geology, data reserve, data produksi, sampai data dari pengapalan.

Mining / Tambang

Bertugas melakukan penambangan yang sudah didesain oleh mine planning. Mining harus menjaga agar dalam eksekusi penambangan betul-betul mengikuti mine plan yang sudah ditetapkan, baik mengenai batasan-batasan penambangan maupun dalam scheduling penambangan.

Coal processing / Handling

Coal processing atau bagian handling, bertugas melakukan proses dari mulai penumpukan batubara di stockpile, Crushing, maintenance stockpile, sampai dengan pemuatan batubara. Coal processing biasanya erat sekali hubungan kerjanya dengan Quality Control atau Quality Assurance. Karena pada pelaksanaannya Quality Control dan Coal processing bekerja bersama-sama di stockpile baik dalam hal sistem penumpukan batubara di stockpile, pengaturan pemuatan batubara, sampai blending batubara.

Quality Control

Beberapa tugas dari Quality Control
  • Tugas dari Quality Control adalah memonitor kualitas mulai dari data forecast tambang sampai kualitas Pengapalan.
  • Quality Control melakukan kontrol terhadap batubara produksi dengan melakukan sampling pada saat batubara telah di crushing.
  • Quality Control juga bertugas membuat rencana setiap pemuatan batubara dan mengatur agar kualitas batubara yang dikirim sesuai dengan spesifikasi buyer.
  • Quality Control membuat evaluasi perkembangan kualitas mulai dari tambang sampai pengapalan.
  • Quality Control juga bertugas mengevaluasi atau mengontrol process operasional yang dapat mempengaruhi kualitas batubara, sehingga dapat menyimpang dari planning.
  • Proses yang mungkin terjadi adalah di tambang, stockpile, dan barging.
Proses Operasional Yang dapat mempengaruhi Kualitas batubara

Penambangan :
  • Pada saat penambangan, sering terjadi bahwa kondisi di lapangan berbeda dengan kondisi seperti yang digariskan dalam mine plan. Misalnya adanya sisipan atau cleat pada seam batubara yang sedang di tambang. Pengotor ini sulit dipisahkan dengan selective mining. Akibatnya kandungan abu batubara tersebut akan lebih tinggi dari data mine plan atau data geology.
  • Pada penambangan dip seam atau seam yang miring, sering terjadi kontaminasi seam batubara yang sedang ditambang oleh bagian floor yang longsor atau jatuh ke atas seam batubara tersebut.
Stockpile
  1. Pada saat penumpukan batubara di stockpile, terjadi pencampuran antar batubara yang memiliki kualitas yang berbeda.
  2. Pada saat pengambilan batubara dari stockpile, sering terkontaminasi dengan bedding (fine coal), atau bahkan material bedding selain batubara seperti batu dan kerikil.
  3. Batubara yang sudah lama di stockpile mengalami penurunan kualitas.
QQM di End User

Proses QQm di stockpile end user, tidak spanjang di Perusahaan tambang. Proses QQM yang dilkukan di stockpile end user, biasanya lebih di fokuskan pada bagaimana memisahkan batubara dari berbagai pemasok yang kualitasnya juga berbeda, dan bagaimana membuat suatu feeding coal yang sesuai dengan desain peralatan utilisasi tersebut. Proses yang paling menonjol di stockpile end user adalah proses blending batubara untuk mensuplai batubara kedalam peralatan utilisasi dengan kualitas yang sesuai.

BLENDING MANAGEMENT
Dalam suatu blending management, hal yang paling diutamakan adalah:
  • Pencampuran kualitas sehingga menghasilkan kualitas batubara hasil campuran sesuai dengan yang ditargetkan.
  • Cara Blending atau pencampuran itu sendiri yang harus baik.
Pencampuran Kualitas

Sebelum Blending dilakukan, yang perlu diperhatikan adalah target kualitas yang harus dicapai dari blending tersebut. Hanya satu target parameter yang dapat dicapai dengan tepat dalam suatu blending. Parameter lainnya mengikuti sesuai dengan proporsi blendingnya. Diantara parameter kualitas batubara, ada yang bersifat addictive (dapat dikalkulasi secara kuantitatif pada saat blending). Dan ada pula paramter yang bersifat tidak addictive atau tidak dapat dihitung secara kuantitatif berdasarkan proporsi blendingnya.
Kalkulasi Kualitas Blending

Qb = (Q1 x W1)+(Q2 x W2) Dibagi (W1+ W2)
  1. Qb = Kualitas hasil Blending
  2. Q1 = Kualitas batubara 1
  3. Q2 = Kualitas batubara 2
  4. W1 = Berat batubara 1
  5. W2 = Berat batubara 2
Sistem Blending

Dalam suatu blending sistem pencampuran atau blending merupakan yang terpenting. Blending harus dilakukan dengan proporsi unit pencampuran yang terkecil untuk mendapatkan batubara hasil blending yang homogen. Berikut ini adalah beberapa sistem pencampuran dengan tingkat homogenitas yang meningkat. (Semakin homogen)
  • Blending Barge By Barge
  • Blending DT By DT
  • Blending Bucket Loader By Bucket loader
  • Blending conveyor.
Hasil suatu blending yang homogen sangat diperlukan terutama bagi end user. Ketidak homogenan dalam suatu blending akibatnya akan terasa langsung oleh end user pada saat batubara tersebut digunakan. Kesempurnaan dari suatu blending adalah ketepatan dalam pencapaian target kualitas hasil blending dan homogenitas hasil pencampuran
Home › Crusher Machine › Info Tambang › Sekilas Mengenai Manajemen Stockpile Sekilas Mengenai Manajemen Stockpile Isya Ansyari di 12:38 am Crusher Machine, Info Tambang No Comments Stockpile Coalindo Adhi Nusantara Dokumentasi pribadi: Stockpile batubara CPP Manajemen Stockpile (Stockpile Management) Batubara Manajemen merupakan suatu proses perencanaan, pengorganisasian, pengkoordinasian dan pengontrolan sumber daya untuk mencapai sasaran secara efektif dan efesien. Dimana efektif berarti bahwa tujuan dapat dicapai sesuai dengan rencana, dan efesien berarti bahwa tugas yang telah ada dilaksanakan secara benar, terorganisir dan sesuai dengan perencanaan. Dalam kaitanya dengan fungsi dari ROM stockpile batubara sebagai tempat penimbunan sementara maka diperlukan sistem manajemen stockpile yang tepat. Penimbunan batubara merupakan salah satu tahapan pentng dari kegiatan penanganan batubara. Apabila sistem penimbunan kurang memadai maka dapat mengganggu kegiatan pembongkaran timbunan batubara di tempat penimbunan, terutama bagi batubara yang mudah terbakar dengan sendirinya. Sehingga dengan adanya upaya perbaikan manajemen timbunan, upaya menghindari gejala swabakar dan upaya menghindari dan mengatasi timbulnya genangan air, proses terjadinya swabakar dan genangan air pada penimbunan batubara dapat dicegah sekecil mungkin. Dalam proses penyimpanan diharapkan jangka waktunya tidak terlalu lama, karena akan berakibat pada penurunan kualitas batubara. Proses penurunan kualitas biasanya lebih dipengaruhi oleh proses oksidasi dan faktor alam. Prinsif dasar pengelolan stockpile adalah penerapan sistem FIFO ( First In First Out ), dimana batubara yang terdahulu masuk, harus dikeluarkan terlebih dahulu. Disamping itu ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam manajemen stockpile yaitu sebagai berikut : 1. Kontrol Temperatur dan Swabakar 2. Kontrol Terhadap Kontaminasi dan Housekeeping 3. Kontrol Terhadap Aspek Kualitas Batubara 4. Kontrol Terhadap Aspek Lingkungan Sistem FIFO ( First In First Out ) Fungsi Manajemen Stocpile Manajemen Stockpile berfungsi sebagai penyangga antara pengiriman dan proses. Juga sebagai persediaan strategis terhadap gangguan yang bersifat jangka pendek atau jangka panjang. Stockpile juga berfungsi sebagai proses homogenisasi dan atau pencampuran batubara untuk menyiapkan kualitas yang dipersyaratkan. Disamping tujuan di atas stockpile juga digunakan untuk mencampur batubara supaya homogenisasi yang bertujuan untuk menyiapkan produk dari satu tipe material dimana fluktuasi di dalam kualitas batubara dan distribusi ukuran disamakan. Dalam proses homogenisasi ada dua tipe yaitu blending dan mixing. Blending bertujuan untuk memperoleh produk akhir dari dua atau lebih tipe batubara yang lebih dikenal dengan komposisi kimia dimana batubara akan terdistribusi secara merata dan tanpa ada lagi jumlah yang cukup besar untuk mengenali salah satu dari tipe batu bara tersebut ketika proses pengambilan contoh dilakukan. Dalam proses blending batubara harus tercampur secara merata, sedangkan mixing merupakan salah satu tipe batubara yang tercampur masih dapat dilokasikan dalam kuantitas kecil dari hasil campuran material dari dua atau lebih tipe batubara. Proses penyimpanan, bisa dilakukan: Dekat tambang, biasanya masih berupa lumpy coal Dekat Pelabuhan Ditempat Penggunaan batubara Untuk proses penyiapan diharapkan jangka waktunya tidak lama, karena akan berakibat pada penurunan kualitas batubara. Proses penurunan kualitas biasanya lebih dipengaruhi oleh proses oksidasi dan alam. Kualitas Batubara menjelaskan mengenai parameter-parameter kualitas yang biasa diujikan terhadap batubara dan interpretasinya serta cara pengujiannya. Parameter kualitas batubara diantaranya adalah Basic Analysis (TM, Proximate, Sulfur, dan calorific value).dan parameter lainnya seperti ultimate hardgrove grindability index, ash analysis, dan ash fusion temperature. Manajemen Stockpile menjelaskan mengenai bagaimana mengelola stockpile batubara dan mengontrolnya dengan baik. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam Manajemen stockpile adalah sebagai berikut: 1. Pemantauan kuantitas (Inventory) dan movement batubara distockpile, meliputi recording batubara yang masuk (coal in) dan recording batubara yang keluar (coal out) di stockpile, termasuk recording batubara yang tersisa (coalbalance). 2. Menghindari batubara yang terlalu lama di stockpile, dapat dilakukan dengan penerapan aturan FIFO (First in first out) dimana batubara yang terdahulu masuk harus dikeluarkan terlebih dahulu. Hal ini dimaksudkan untuk mengurangi resiko degradation dan pemanasan batubara. 3. Mengusahakan pergerakan batubara sekecil mungkin di stockpile termasuk diantaranya mengatur posisi stock dekat dengan reclaimer, Monitoring efektivitas dozing di stockpile dengan maksud mengurangi degradasi batubara. 4. Pemantauan kuantitas batubara yang masuk dan keluar dari stockpile termasuk diantara control temperatur untuk mengantipasi self heating dan spocom. 5. Pengawasan yang ketat terhadap kontaminasi, meliputi pelaksanaan housekeeping dan Inspeksi langsung adanya pengotor yang terdapat distockpile. 6. Perhatian terhadap faktor lingkungan yang bisa ditimbulkan dalam hal ini mencakup usaha yaitu: Control dust, penerapan serta pengawasan penggunaan spraying dan dust suppressant. Adanya tempat penampungan khusus (fine coal trap) untuk buangan/limbah air dari drainage stockpile. Penanganan limbah batubara (remnant & spilage coal). 7. Tidak dianjurkan menggunakan area stockpile untuk parkir dozer, baik untuk keperluan Maintenance dozer atau over shift operator. Kecuali dalam keadaan emergency dan setelah itu harus diadakan house keeping secara teliti. 8. Menanggulangi batubara yang terbakar di stockpile. Dalam hal ini penanganan yang dianjurkan sebagai berikut: Melakukan spreading atau penyebaran untuk mendinginkan suhu batubara. Bila kondisi cukup parah, maka bagian batubara yang terbakar dapat dibuang. Memadatkan batubara yang mengalami self heating atau sponcom. Batubara yang mengalami sponcom tidak diperbolehkan langsung diloading ke tongkang sebelum didinginkan terlebih dahulu. Untuk penyimpanan yang lebih lama bagian atas stockpile harus dipadatkan guna mengurangi resapan udara dan air ke dalam stockpile. 9. Sebaiknya tidak membentuk tumpukan batu bara kerucut dengan bagian atas yang cekung, hal ini dimaksudkan untuk menghindari swamp di atas stockpile. 10. Mengusahakan bentuk permukaan basement berbentuk cembung atau minimal datar, hal ini berkaitan dengan kelancaran sistem drainage. Pengaturan penyimpanan (Storage Management) Pengaturan penyimpanan batubara sangat penting karena hal ini berkaitan dengan masalah pemeliharaan kuantitas dan kualitas batubara yang ditumpuk di stockpile. Manajemen penumpukan dimulai dari pembuatan desain stockpile yang berorientasi terhadap pemeliharaan kuantitas dan kualitas serta pada lingkungan. Berorientasi terhadap pemeliharaan kuantitas karena suatu pengaturan penyimpanan harus mempertimbangkan faktor kapasitas stockpile yang dapat semaksimum mungkin pada area yang tersedia tetapi tetap memperhatikan faktor kualitas dan lingkungan, sedangkan berorientasi pada pemeliharaan kualitas karena desain suatu stockpile harus mempertimbangkan faktor pengaturan kualitas yang effisien sehingga keperluan untuk pengaturan kualitas seperti blending, segregasi penumpukan yang didasarkan pada kualitas produk dan lain-lain. Kapasitas penyimpanan Batubara Kapasitas penyimpanan batubara di stockpile menentukan desain suatu stockpile. Stockpile yang berkapasitas kecil dengan batubara dengan kapasitas besar mungkin berbeda khususnya dalam penyiapan lahan dan preparasi lahan tersebut. Pada stockpile dengan kapasitas yang besar, dasar stockpile harus benar-benar kuat dan kokoh menahan beban yang besar. Kalau tidak, base stockpile tersebut akan turun di bagian tengah, dan juga akan ikut menurunkan batubara yang ada di atasnya. Dalam kondisi seperti itu akan terjadi kehilangan batubara di stockpile. Jumlah Produk yang Dipisahkan Banyaknya jumlah produk yang akan dipisahkan menentukan luasan stockpile yang diperlukan. Semakin banyak jumlah produk yang dipisahkan maka semakin pula besar areal yang diperlukan. Fasilitas Penumpukan dan pemuatan Alat yang digunakan dalam sistem penumpukan dan pemuatan batubara di stockpile juga mempengaruhi desain atau areal stockpile yang digunakan. Penggunaan stacker-reclaimer dalam sistem penumpukan serta pemuatan, membuat desain dan sistem penumpukan memanjang. Stacker-reclaimer juga mempermudah dalam pemisahan batubara yang memiliki kualitas yang berbeda dan sekaligus juga mempermudah dalam blending batubar-batubara tersebut. Tempat Produksi pada Stockpile Digunakan untuk menyimpan hasil produksi batubara ( crushing ) dan selanjutnya dimuat ke dalam tongkang. Produksi batubara tersebut sudah ter-sizing pada ukuran 1 sampai 50 mm. Ada 2 stockpile produksi yang mana masing-masing digunakan untuk setiap fasilitas crushing dan loading barge. Kontrol Debu dan monitoring temperatur Envirocoal Secara umum dust ( debu ) batubara berasal dari partikel yang berukuran – 0.5 mm ( fines ) yang bersuspensi dengan udara, sehingga dalam usaha pencegahan debu adalah dengan melakukan antisipasi terhadadap fines ( partikel halus ) tersebut. Penggunaan spray Air dapat dilakukan untuk mengatisipasi debu, direkomendasikan spray yang digunakan adalah dalam bentuk fog spray (kabut) karena lebih maksimal dalam menangkap debu. Untuk produk batubara envirocoal, dalam proses penyemprotan air ditambahkan juga bahan surfactan yang diproduksi oleh KAO disebut dengan PIC 103. Bahan surfactan ini dengan air akan terserap dengan cepat kedalam batubara. Spray larutan ( Air + PIC 103 ) dengan dengan rate 5 ppm/ton batubara bisa dilakukan saat: – Dumping batubara di hopper – Memasuki screen / divergator – Dibawah secondary crusher – Dibawah/dibagian belt conveyer Pemantauan temperatur di stockpile dilakukan setiap hari ( daily basis ), menggunakan thermocouple. Setiap pagi temperatur diukur dan dilihat trend-nya, juga dilihat adanya area-area stockpile yang mempunyai potensial pemanasan.Bila ditemukan adanya titik pemanasan di area stockpile, maka batubara di area tersebut akan diambil kemudian ditebar ( spreading ), setelah dingin batubara tersebut dikembalikan ke stockpile dan selanjutnya dikompaksi. Kontrol Terhadap Kontaminasi & Housekeeping Kontaminasi merupakan sesuatu yang hal sangat tidak diinginkan dalam suatu proses produksi batubara selain dapat mempenagaruhi kualitas batubara maupun performance daripada miner / penambang tersebut. Kontaminasi dapat terjadi mulai dari tambang, proses rehandling, di stockpile maupun di vessel. Hal ini dapat mengakibatkan claim atau complain dari suatu buyer. Kontaminasi di daerah tambang, kontaminasi yang umum terbawa pada saat expose batubara antara lain overburden yang berupa clay, tanah atau batuan lainnya. Hal ini berakibat akan meningkatnya kandungan abu ( ash content ) Kontaminasi proses rehandling, terjadi saat proses pengangkutan batubara. Kontaminasi ini biasa berupa : – Terdapatnya sparepart kendaraat berat / potongan logam – Kawat, besi, kayu, plastik, kaleng minuman, karet ban, dll – Kontaminasi di daerah stockpile. Stockpile yang kurang bagus dapat menyebabkan suatu kontaminasi terhadap batubara itu sendiri terutama dari basement / dasar dari stockpile akibat manuver-manuver dari suatu dozer / traktor sehingga akan terangkat dasar stockpile yang berupa tanah, lempung atau batu splite. Hal-hal yang perlu diperhatikan guna menghindari kontaminasi dari stockpile antara lain : – Supervisi yang ketat semua aktivitas area stockpile – Pelaksanaan housekeeping – Perawatan rutin peralatanyang digunakan, meliputi perawatan terhadap alat-alat plant maupun terhadap alat berat yang digunakan di area stockpile. – Metal detector, berfungsi untuk mencegah kontaminasi metal masuk ke stockpile maupun maupun batubara yang akan dikeluarkan dari stockpile. Kontrol Aspek Kuality & Kuantity Kontrol aspek kuality batubara di stockpile yang perlu dilakukan berupa : Penentuan / analisa kualitas batubara produksi yang ada di stockpile, kemudian melakukan pengaturan stock sesuai type batubara produksi di stockpile. Usaha mininimize resiko degradasi batubara ( pengaturan lama stocking, aktitivitas alat berat distockpile, reclaime pit, dll ) Pengaturan blending ratio batubara. Control dan monitoring semua faktor yang berdampak terhadap perubahan yang significan terhadap nilai kualitas batubara selama di stockpile. Sedangkan terhadap aspek kuantity perlu dilakukan sistem recording yang akurat terhadap inventory batubara dan pergerakan stock batubara ( coal movement ) . Limbah padat & cair Selama pengelolaan stockpile batubara limbah padat dan limbah cair merupakan resiko yang tidak bisa dihindari. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penangananan stockpile adalah perawatan basement stockpile, pemukaan stockpile diusahakan bisa mengalirkan air ke arah sistem drainage yang tersedia. Dalam hal ini bentuk yang ideal permukaan stockpile adalah sedikit cembung lebih tepatnya seperti punggung kura-kura dan sistem Drainage, semua air dari stockpile dialirkan ke arah sistem treatment limbah cair / padat serta memiliki sistem treament limbah yang memadai.

read more~ http://learnmine.blogspot.co.id/2014/10/sekilas-mengenai-manajemen-stockpile.html
Home › Crusher Machine › Info Tambang › Sekilas Mengenai Manajemen Stockpile Sekilas Mengenai Manajemen Stockpile Isya Ansyari di 12:38 am Crusher Machine, Info Tambang No Comments Stockpile Coalindo Adhi Nusantara Dokumentasi pribadi: Stockpile batubara CPP Manajemen Stockpile (Stockpile Management) Batubara Manajemen merupakan suatu proses perencanaan, pengorganisasian, pengkoordinasian dan pengontrolan sumber daya untuk mencapai sasaran secara efektif dan efesien. Dimana efektif berarti bahwa tujuan dapat dicapai sesuai dengan rencana, dan efesien berarti bahwa tugas yang telah ada dilaksanakan secara benar, terorganisir dan sesuai dengan perencanaan. Dalam kaitanya dengan fungsi dari ROM stockpile batubara sebagai tempat penimbunan sementara maka diperlukan sistem manajemen stockpile yang tepat. Penimbunan batubara merupakan salah satu tahapan pentng dari kegiatan penanganan batubara. Apabila sistem penimbunan kurang memadai maka dapat mengganggu kegiatan pembongkaran timbunan batubara di tempat penimbunan, terutama bagi batubara yang mudah terbakar dengan sendirinya. Sehingga dengan adanya upaya perbaikan manajemen timbunan, upaya menghindari gejala swabakar dan upaya menghindari dan mengatasi timbulnya genangan air, proses terjadinya swabakar dan genangan air pada penimbunan batubara dapat dicegah sekecil mungkin. Dalam proses penyimpanan diharapkan jangka waktunya tidak terlalu lama, karena akan berakibat pada penurunan kualitas batubara. Proses penurunan kualitas biasanya lebih dipengaruhi oleh proses oksidasi dan faktor alam. Prinsif dasar pengelolan stockpile adalah penerapan sistem FIFO ( First In First Out ), dimana batubara yang terdahulu masuk, harus dikeluarkan terlebih dahulu. Disamping itu ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam manajemen stockpile yaitu sebagai berikut : 1. Kontrol Temperatur dan Swabakar 2. Kontrol Terhadap Kontaminasi dan Housekeeping 3. Kontrol Terhadap Aspek Kualitas Batubara 4. Kontrol Terhadap Aspek Lingkungan Sistem FIFO ( First In First Out ) Fungsi Manajemen Stocpile Manajemen Stockpile berfungsi sebagai penyangga antara pengiriman dan proses. Juga sebagai persediaan strategis terhadap gangguan yang bersifat jangka pendek atau jangka panjang. Stockpile juga berfungsi sebagai proses homogenisasi dan atau pencampuran batubara untuk menyiapkan kualitas yang dipersyaratkan. Disamping tujuan di atas stockpile juga digunakan untuk mencampur batubara supaya homogenisasi yang bertujuan untuk menyiapkan produk dari satu tipe material dimana fluktuasi di dalam kualitas batubara dan distribusi ukuran disamakan. Dalam proses homogenisasi ada dua tipe yaitu blending dan mixing. Blending bertujuan untuk memperoleh produk akhir dari dua atau lebih tipe batubara yang lebih dikenal dengan komposisi kimia dimana batubara akan terdistribusi secara merata dan tanpa ada lagi jumlah yang cukup besar untuk mengenali salah satu dari tipe batu bara tersebut ketika proses pengambilan contoh dilakukan. Dalam proses blending batubara harus tercampur secara merata, sedangkan mixing merupakan salah satu tipe batubara yang tercampur masih dapat dilokasikan dalam kuantitas kecil dari hasil campuran material dari dua atau lebih tipe batubara. Proses penyimpanan, bisa dilakukan: Dekat tambang, biasanya masih berupa lumpy coal Dekat Pelabuhan Ditempat Penggunaan batubara Untuk proses penyiapan diharapkan jangka waktunya tidak lama, karena akan berakibat pada penurunan kualitas batubara. Proses penurunan kualitas biasanya lebih dipengaruhi oleh proses oksidasi dan alam. Kualitas Batubara menjelaskan mengenai parameter-parameter kualitas yang biasa diujikan terhadap batubara dan interpretasinya serta cara pengujiannya. Parameter kualitas batubara diantaranya adalah Basic Analysis (TM, Proximate, Sulfur, dan calorific value).dan parameter lainnya seperti ultimate hardgrove grindability index, ash analysis, dan ash fusion temperature. Manajemen Stockpile menjelaskan mengenai bagaimana mengelola stockpile batubara dan mengontrolnya dengan baik. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam Manajemen stockpile adalah sebagai berikut: 1. Pemantauan kuantitas (Inventory) dan movement batubara distockpile, meliputi recording batubara yang masuk (coal in) dan recording batubara yang keluar (coal out) di stockpile, termasuk recording batubara yang tersisa (coalbalance). 2. Menghindari batubara yang terlalu lama di stockpile, dapat dilakukan dengan penerapan aturan FIFO (First in first out) dimana batubara yang terdahulu masuk harus dikeluarkan terlebih dahulu. Hal ini dimaksudkan untuk mengurangi resiko degradation dan pemanasan batubara. 3. Mengusahakan pergerakan batubara sekecil mungkin di stockpile termasuk diantaranya mengatur posisi stock dekat dengan reclaimer, Monitoring efektivitas dozing di stockpile dengan maksud mengurangi degradasi batubara. 4. Pemantauan kuantitas batubara yang masuk dan keluar dari stockpile termasuk diantara control temperatur untuk mengantipasi self heating dan spocom. 5. Pengawasan yang ketat terhadap kontaminasi, meliputi pelaksanaan housekeeping dan Inspeksi langsung adanya pengotor yang terdapat distockpile. 6. Perhatian terhadap faktor lingkungan yang bisa ditimbulkan dalam hal ini mencakup usaha yaitu: Control dust, penerapan serta pengawasan penggunaan spraying dan dust suppressant. Adanya tempat penampungan khusus (fine coal trap) untuk buangan/limbah air dari drainage stockpile. Penanganan limbah batubara (remnant & spilage coal). 7. Tidak dianjurkan menggunakan area stockpile untuk parkir dozer, baik untuk keperluan Maintenance dozer atau over shift operator. Kecuali dalam keadaan emergency dan setelah itu harus diadakan house keeping secara teliti. 8. Menanggulangi batubara yang terbakar di stockpile. Dalam hal ini penanganan yang dianjurkan sebagai berikut: Melakukan spreading atau penyebaran untuk mendinginkan suhu batubara. Bila kondisi cukup parah, maka bagian batubara yang terbakar dapat dibuang. Memadatkan batubara yang mengalami self heating atau sponcom. Batubara yang mengalami sponcom tidak diperbolehkan langsung diloading ke tongkang sebelum didinginkan terlebih dahulu. Untuk penyimpanan yang lebih lama bagian atas stockpile harus dipadatkan guna mengurangi resapan udara dan air ke dalam stockpile. 9. Sebaiknya tidak membentuk tumpukan batu bara kerucut dengan bagian atas yang cekung, hal ini dimaksudkan untuk menghindari swamp di atas stockpile. 10. Mengusahakan bentuk permukaan basement berbentuk cembung atau minimal datar, hal ini berkaitan dengan kelancaran sistem drainage. Pengaturan penyimpanan (Storage Management) Pengaturan penyimpanan batubara sangat penting karena hal ini berkaitan dengan masalah pemeliharaan kuantitas dan kualitas batubara yang ditumpuk di stockpile. Manajemen penumpukan dimulai dari pembuatan desain stockpile yang berorientasi terhadap pemeliharaan kuantitas dan kualitas serta pada lingkungan. Berorientasi terhadap pemeliharaan kuantitas karena suatu pengaturan penyimpanan harus mempertimbangkan faktor kapasitas stockpile yang dapat semaksimum mungkin pada area yang tersedia tetapi tetap memperhatikan faktor kualitas dan lingkungan, sedangkan berorientasi pada pemeliharaan kualitas karena desain suatu stockpile harus mempertimbangkan faktor pengaturan kualitas yang effisien sehingga keperluan untuk pengaturan kualitas seperti blending, segregasi penumpukan yang didasarkan pada kualitas produk dan lain-lain. Kapasitas penyimpanan Batubara Kapasitas penyimpanan batubara di stockpile menentukan desain suatu stockpile. Stockpile yang berkapasitas kecil dengan batubara dengan kapasitas besar mungkin berbeda khususnya dalam penyiapan lahan dan preparasi lahan tersebut. Pada stockpile dengan kapasitas yang besar, dasar stockpile harus benar-benar kuat dan kokoh menahan beban yang besar. Kalau tidak, base stockpile tersebut akan turun di bagian tengah, dan juga akan ikut menurunkan batubara yang ada di atasnya. Dalam kondisi seperti itu akan terjadi kehilangan batubara di stockpile. Jumlah Produk yang Dipisahkan Banyaknya jumlah produk yang akan dipisahkan menentukan luasan stockpile yang diperlukan. Semakin banyak jumlah produk yang dipisahkan maka semakin pula besar areal yang diperlukan. Fasilitas Penumpukan dan pemuatan Alat yang digunakan dalam sistem penumpukan dan pemuatan batubara di stockpile juga mempengaruhi desain atau areal stockpile yang digunakan. Penggunaan stacker-reclaimer dalam sistem penumpukan serta pemuatan, membuat desain dan sistem penumpukan memanjang. Stacker-reclaimer juga mempermudah dalam pemisahan batubara yang memiliki kualitas yang berbeda dan sekaligus juga mempermudah dalam blending batubar-batubara tersebut. Tempat Produksi pada Stockpile Digunakan untuk menyimpan hasil produksi batubara ( crushing ) dan selanjutnya dimuat ke dalam tongkang. Produksi batubara tersebut sudah ter-sizing pada ukuran 1 sampai 50 mm. Ada 2 stockpile produksi yang mana masing-masing digunakan untuk setiap fasilitas crushing dan loading barge. Kontrol Debu dan monitoring temperatur Envirocoal Secara umum dust ( debu ) batubara berasal dari partikel yang berukuran – 0.5 mm ( fines ) yang bersuspensi dengan udara, sehingga dalam usaha pencegahan debu adalah dengan melakukan antisipasi terhadadap fines ( partikel halus ) tersebut. Penggunaan spray Air dapat dilakukan untuk mengatisipasi debu, direkomendasikan spray yang digunakan adalah dalam bentuk fog spray (kabut) karena lebih maksimal dalam menangkap debu. Untuk produk batubara envirocoal, dalam proses penyemprotan air ditambahkan juga bahan surfactan yang diproduksi oleh KAO disebut dengan PIC 103. Bahan surfactan ini dengan air akan terserap dengan cepat kedalam batubara. Spray larutan ( Air + PIC 103 ) dengan dengan rate 5 ppm/ton batubara bisa dilakukan saat: – Dumping batubara di hopper – Memasuki screen / divergator – Dibawah secondary crusher – Dibawah/dibagian belt conveyer Pemantauan temperatur di stockpile dilakukan setiap hari ( daily basis ), menggunakan thermocouple. Setiap pagi temperatur diukur dan dilihat trend-nya, juga dilihat adanya area-area stockpile yang mempunyai potensial pemanasan.Bila ditemukan adanya titik pemanasan di area stockpile, maka batubara di area tersebut akan diambil kemudian ditebar ( spreading ), setelah dingin batubara tersebut dikembalikan ke stockpile dan selanjutnya dikompaksi. Kontrol Terhadap Kontaminasi & Housekeeping Kontaminasi merupakan sesuatu yang hal sangat tidak diinginkan dalam suatu proses produksi batubara selain dapat mempenagaruhi kualitas batubara maupun performance daripada miner / penambang tersebut. Kontaminasi dapat terjadi mulai dari tambang, proses rehandling, di stockpile maupun di vessel. Hal ini dapat mengakibatkan claim atau complain dari suatu buyer. Kontaminasi di daerah tambang, kontaminasi yang umum terbawa pada saat expose batubara antara lain overburden yang berupa clay, tanah atau batuan lainnya. Hal ini berakibat akan meningkatnya kandungan abu ( ash content ) Kontaminasi proses rehandling, terjadi saat proses pengangkutan batubara. Kontaminasi ini biasa berupa : – Terdapatnya sparepart kendaraat berat / potongan logam – Kawat, besi, kayu, plastik, kaleng minuman, karet ban, dll – Kontaminasi di daerah stockpile. Stockpile yang kurang bagus dapat menyebabkan suatu kontaminasi terhadap batubara itu sendiri terutama dari basement / dasar dari stockpile akibat manuver-manuver dari suatu dozer / traktor sehingga akan terangkat dasar stockpile yang berupa tanah, lempung atau batu splite. Hal-hal yang perlu diperhatikan guna menghindari kontaminasi dari stockpile antara lain : – Supervisi yang ketat semua aktivitas area stockpile – Pelaksanaan housekeeping – Perawatan rutin peralatanyang digunakan, meliputi perawatan terhadap alat-alat plant maupun terhadap alat berat yang digunakan di area stockpile. – Metal detector, berfungsi untuk mencegah kontaminasi metal masuk ke stockpile maupun maupun batubara yang akan dikeluarkan dari stockpile. Kontrol Aspek Kuality & Kuantity Kontrol aspek kuality batubara di stockpile yang perlu dilakukan berupa : Penentuan / analisa kualitas batubara produksi yang ada di stockpile, kemudian melakukan pengaturan stock sesuai type batubara produksi di stockpile. Usaha mininimize resiko degradasi batubara ( pengaturan lama stocking, aktitivitas alat berat distockpile, reclaime pit, dll ) Pengaturan blending ratio batubara. Control dan monitoring semua faktor yang berdampak terhadap perubahan yang significan terhadap nilai kualitas batubara selama di stockpile. Sedangkan terhadap aspek kuantity perlu dilakukan sistem recording yang akurat terhadap inventory batubara dan pergerakan stock batubara ( coal movement ) . Limbah padat & cair Selama pengelolaan stockpile batubara limbah padat dan limbah cair merupakan resiko yang tidak bisa dihindari. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penangananan stockpile adalah perawatan basement stockpile, pemukaan stockpile diusahakan bisa mengalirkan air ke arah sistem drainage yang tersedia. Dalam hal ini bentuk yang ideal permukaan stockpile adalah sedikit cembung lebih tepatnya seperti punggung kura-kura dan sistem Drainage, semua air dari stockpile dialirkan ke arah sistem treatment limbah cair / padat serta memiliki sistem treament limbah yang memadai.

read more~ http://learnmine.blogspot.co.id/2014/10/sekilas-mengenai-manajemen-stockpile.html
Dokumentasi pribadi: Stockpile batubara CPP Manajemen Stockpile (Stockpile Management) Batubara Manajemen merupakan suatu proses perencanaan, pengorganisasian, pengkoordinasian dan pengontrolan sumber daya untuk mencapai sasaran secara efektif dan efesien. Dimana efektif berarti bahwa tujuan dapat dicapai sesuai dengan rencana, dan efesien berarti bahwa tugas yang telah ada dilaksanakan secara benar, terorganisir dan sesuai dengan perencanaan. Dalam kaitanya dengan fungsi dari ROM stockpile batubara sebagai tempat penimbunan sementara maka diperlukan sistem manajemen stockpile yang tepat. Penimbunan batubara merupakan salah satu tahapan pentng dari kegiatan penanganan batubara. Apabila sistem penimbunan kurang memadai maka dapat mengganggu kegiatan pembongkaran timbunan batubara di tempat penimbunan, terutama bagi batubara yang mudah terbakar dengan sendirinya. Sehingga dengan adanya upaya perbaikan manajemen timbunan, upaya menghindari gejala swabakar dan upaya menghindari dan mengatasi timbulnya genangan air, proses terjadinya swabakar dan genangan air pada penimbunan batubara dapat dicegah sekecil mungkin. Dalam proses penyimpanan diharapkan jangka waktunya tidak terlalu lama, karena akan berakibat pada penurunan kualitas batubara. Proses penurunan kualitas biasanya lebih dipengaruhi oleh proses oksidasi dan faktor alam. Prinsif dasar pengelolan stockpile adalah penerapan sistem FIFO ( First In First Out ), dimana batubara yang terdahulu masuk, harus dikeluarkan terlebih dahulu. Disamping itu ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam manajemen stockpile yaitu sebagai berikut : 1. Kontrol Temperatur dan Swabakar 2. Kontrol Terhadap Kontaminasi dan Housekeeping 3. Kontrol Terhadap Aspek Kualitas Batubara 4. Kontrol Terhadap Aspek Lingkungan Sistem FIFO ( First In First Out ) Fungsi Manajemen Stocpile Manajemen Stockpile berfungsi sebagai penyangga antara pengiriman dan proses. Juga sebagai persediaan strategis terhadap gangguan yang bersifat jangka pendek atau jangka panjang. Stockpile juga berfungsi sebagai proses homogenisasi dan atau pencampuran batubara untuk menyiapkan kualitas yang dipersyaratkan. Disamping tujuan di atas stockpile juga digunakan untuk mencampur batubara supaya homogenisasi yang bertujuan untuk menyiapkan produk dari satu tipe material dimana fluktuasi di dalam kualitas batubara dan distribusi ukuran disamakan. Dalam proses homogenisasi ada dua tipe yaitu blending dan mixing. Blending bertujuan untuk memperoleh produk akhir dari dua atau lebih tipe batubara yang lebih dikenal dengan komposisi kimia dimana batubara akan terdistribusi secara merata dan tanpa ada lagi jumlah yang cukup besar untuk mengenali salah satu dari tipe batu bara tersebut ketika proses pengambilan contoh dilakukan. Dalam proses blending batubara harus tercampur secara merata, sedangkan mixing merupakan salah satu tipe batubara yang tercampur masih dapat dilokasikan dalam kuantitas kecil dari hasil campuran material dari dua atau lebih tipe batubara. Proses penyimpanan, bisa dilakukan: Dekat tambang, biasanya masih berupa lumpy coal Dekat Pelabuhan Ditempat Penggunaan batubara Untuk proses penyiapan diharapkan jangka waktunya tidak lama, karena akan berakibat pada penurunan kualitas batubara. Proses penurunan kualitas biasanya lebih dipengaruhi oleh proses oksidasi dan alam. Kualitas Batubara menjelaskan mengenai parameter-parameter kualitas yang biasa diujikan terhadap batubara dan interpretasinya serta cara pengujiannya. Parameter kualitas batubara diantaranya adalah Basic Analysis (TM, Proximate, Sulfur, dan calorific value).dan parameter lainnya seperti ultimate hardgrove grindability index, ash analysis, dan ash fusion temperature. Manajemen Stockpile menjelaskan mengenai bagaimana mengelola stockpile batubara dan mengontrolnya dengan baik. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam Manajemen stockpile adalah sebagai berikut: 1. Pemantauan kuantitas (Inventory) dan movement batubara distockpile, meliputi recording batubara yang masuk (coal in) dan recording batubara yang keluar (coal out) di stockpile, termasuk recording batubara yang tersisa (coalbalance). 2. Menghindari batubara yang terlalu lama di stockpile, dapat dilakukan dengan penerapan aturan FIFO (First in first out) dimana batubara yang terdahulu masuk harus dikeluarkan terlebih dahulu. Hal ini dimaksudkan untuk mengurangi resiko degradation dan pemanasan batubara. 3. Mengusahakan pergerakan batubara sekecil mungkin di stockpile termasuk diantaranya mengatur posisi stock dekat dengan reclaimer, Monitoring efektivitas dozing di stockpile dengan maksud mengurangi degradasi batubara. 4. Pemantauan kuantitas batubara yang masuk dan keluar dari stockpile termasuk diantara control temperatur untuk mengantipasi self heating dan spocom. 5. Pengawasan yang ketat terhadap kontaminasi, meliputi pelaksanaan housekeeping dan Inspeksi langsung adanya pengotor yang terdapat distockpile. 6. Perhatian terhadap faktor lingkungan yang bisa ditimbulkan dalam hal ini mencakup usaha yaitu: Control dust, penerapan serta pengawasan penggunaan spraying dan dust suppressant. Adanya tempat penampungan khusus (fine coal trap) untuk buangan/limbah air dari drainage stockpile. Penanganan limbah batubara (remnant & spilage coal). 7. Tidak dianjurkan menggunakan area stockpile untuk parkir dozer, baik untuk keperluan Maintenance dozer atau over shift operator. Kecuali dalam keadaan emergency dan setelah itu harus diadakan house keeping secara teliti. 8. Menanggulangi batubara yang terbakar di stockpile. Dalam hal ini penanganan yang dianjurkan sebagai berikut: Melakukan spreading atau penyebaran untuk mendinginkan suhu batubara. Bila kondisi cukup parah, maka bagian batubara yang terbakar dapat dibuang. Memadatkan batubara yang mengalami self heating atau sponcom. Batubara yang mengalami sponcom tidak diperbolehkan langsung diloading ke tongkang sebelum didinginkan terlebih dahulu. Untuk penyimpanan yang lebih lama bagian atas stockpile harus dipadatkan guna mengurangi resapan udara dan air ke dalam stockpile. 9. Sebaiknya tidak membentuk tumpukan batu bara kerucut dengan bagian atas yang cekung, hal ini dimaksudkan untuk menghindari swamp di atas stockpile. 10. Mengusahakan bentuk permukaan basement berbentuk cembung atau minimal datar, hal ini berkaitan dengan kelancaran sistem drainage. Pengaturan penyimpanan (Storage Management) Pengaturan penyimpanan batubara sangat penting karena hal ini berkaitan dengan masalah pemeliharaan kuantitas dan kualitas batubara yang ditumpuk di stockpile. Manajemen penumpukan dimulai dari pembuatan desain stockpile yang berorientasi terhadap pemeliharaan kuantitas dan kualitas serta pada lingkungan. Berorientasi terhadap pemeliharaan kuantitas karena suatu pengaturan penyimpanan harus mempertimbangkan faktor kapasitas stockpile yang dapat semaksimum mungkin pada area yang tersedia tetapi tetap memperhatikan faktor kualitas dan lingkungan, sedangkan berorientasi pada pemeliharaan kualitas karena desain suatu stockpile harus mempertimbangkan faktor pengaturan kualitas yang effisien sehingga keperluan untuk pengaturan kualitas seperti blending, segregasi penumpukan yang didasarkan pada kualitas produk dan lain-lain. Kapasitas penyimpanan Batubara Kapasitas penyimpanan batubara di stockpile menentukan desain suatu stockpile. Stockpile yang berkapasitas kecil dengan batubara dengan kapasitas besar mungkin berbeda khususnya dalam penyiapan lahan dan preparasi lahan tersebut. Pada stockpile dengan kapasitas yang besar, dasar stockpile harus benar-benar kuat dan kokoh menahan beban yang besar. Kalau tidak, base stockpile tersebut akan turun di bagian tengah, dan juga akan ikut menurunkan batubara yang ada di atasnya. Dalam kondisi seperti itu akan terjadi kehilangan batubara di stockpile. Jumlah Produk yang Dipisahkan Banyaknya jumlah produk yang akan dipisahkan menentukan luasan stockpile yang diperlukan. Semakin banyak jumlah produk yang dipisahkan maka semakin pula besar areal yang diperlukan. Fasilitas Penumpukan dan pemuatan Alat yang digunakan dalam sistem penumpukan dan pemuatan batubara di stockpile juga mempengaruhi desain atau areal stockpile yang digunakan. Penggunaan stacker-reclaimer dalam sistem penumpukan serta pemuatan, membuat desain dan sistem penumpukan memanjang. Stacker-reclaimer juga mempermudah dalam pemisahan batubara yang memiliki kualitas yang berbeda dan sekaligus juga mempermudah dalam blending batubar-batubara tersebut. Tempat Produksi pada Stockpile Digunakan untuk menyimpan hasil produksi batubara ( crushing ) dan selanjutnya dimuat ke dalam tongkang. Produksi batubara tersebut sudah ter-sizing pada ukuran 1 sampai 50 mm. Ada 2 stockpile produksi yang mana masing-masing digunakan untuk setiap fasilitas crushing dan loading barge. Kontrol Debu dan monitoring temperatur Envirocoal Secara umum dust ( debu ) batubara berasal dari partikel yang berukuran – 0.5 mm ( fines ) yang bersuspensi dengan udara, sehingga dalam usaha pencegahan debu adalah dengan melakukan antisipasi terhadadap fines ( partikel halus ) tersebut. Penggunaan spray Air dapat dilakukan untuk mengatisipasi debu, direkomendasikan spray yang digunakan adalah dalam bentuk fog spray (kabut) karena lebih maksimal dalam menangkap debu. Untuk produk batubara envirocoal, dalam proses penyemprotan air ditambahkan juga bahan surfactan yang diproduksi oleh KAO disebut dengan PIC 103. Bahan surfactan ini dengan air akan terserap dengan cepat kedalam batubara. Spray larutan ( Air + PIC 103 ) dengan dengan rate 5 ppm/ton batubara bisa dilakukan saat: – Dumping batubara di hopper – Memasuki screen / divergator – Dibawah secondary crusher – Dibawah/dibagian belt conveyer Pemantauan temperatur di stockpile dilakukan setiap hari ( daily basis ), menggunakan thermocouple. Setiap pagi temperatur diukur dan dilihat trend-nya, juga dilihat adanya area-area stockpile yang mempunyai potensial pemanasan.Bila ditemukan adanya titik pemanasan di area stockpile, maka batubara di area tersebut akan diambil kemudian ditebar ( spreading ), setelah dingin batubara tersebut dikembalikan ke stockpile dan selanjutnya dikompaksi. Kontrol Terhadap Kontaminasi & Housekeeping Kontaminasi merupakan sesuatu yang hal sangat tidak diinginkan dalam suatu proses produksi batubara selain dapat mempenagaruhi kualitas batubara maupun performance daripada miner / penambang tersebut. Kontaminasi dapat terjadi mulai dari tambang, proses rehandling, di stockpile maupun di vessel. Hal ini dapat mengakibatkan claim atau complain dari suatu buyer. Kontaminasi di daerah tambang, kontaminasi yang umum terbawa pada saat expose batubara antara lain overburden yang berupa clay, tanah atau batuan lainnya. Hal ini berakibat akan meningkatnya kandungan abu ( ash content ) Kontaminasi proses rehandling, terjadi saat proses pengangkutan batubara. Kontaminasi ini biasa berupa : – Terdapatnya sparepart kendaraat berat / potongan logam – Kawat, besi, kayu, plastik, kaleng minuman, karet ban, dll – Kontaminasi di daerah stockpile. Stockpile yang kurang bagus dapat menyebabkan suatu kontaminasi terhadap batubara itu sendiri terutama dari basement / dasar dari stockpile akibat manuver-manuver dari suatu dozer / traktor sehingga akan terangkat dasar stockpile yang berupa tanah, lempung atau batu splite. Hal-hal yang perlu diperhatikan guna menghindari kontaminasi dari stockpile antara lain : – Supervisi yang ketat semua aktivitas area stockpile – Pelaksanaan housekeeping – Perawatan rutin peralatanyang digunakan, meliputi perawatan terhadap alat-alat plant maupun terhadap alat berat yang digunakan di area stockpile. – Metal detector, berfungsi untuk mencegah kontaminasi metal masuk ke stockpile maupun maupun batubara yang akan dikeluarkan dari stockpile. Kontrol Aspek Kuality & Kuantity Kontrol aspek kuality batubara di stockpile yang perlu dilakukan berupa : Penentuan / analisa kualitas batubara produksi yang ada di stockpile, kemudian melakukan pengaturan stock sesuai type batubara produksi di stockpile. Usaha mininimize resiko degradasi batubara ( pengaturan lama stocking, aktitivitas alat berat distockpile, reclaime pit, dll ) Pengaturan blending ratio batubara. Control dan monitoring semua faktor yang berdampak terhadap perubahan yang significan terhadap nilai kualitas batubara selama di stockpile. Sedangkan terhadap aspek kuantity perlu dilakukan sistem recording yang akurat terhadap inventory batubara dan pergerakan stock batubara ( coal movement ) . Limbah padat & cair Selama pengelolaan stockpile batubara limbah padat dan limbah cair merupakan resiko yang tidak bisa dihindari. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penangananan stockpile adalah perawatan basement stockpile, pemukaan stockpile diusahakan bisa mengalirkan air ke arah sistem drainage yang tersedia. Dalam hal ini bentuk yang ideal permukaan stockpile adalah sedikit cembung lebih tepatnya seperti punggung kura-kura dan sistem Drainage, semua air dari stockpile dialirkan ke arah sistem treatment limbah cair / padat serta memiliki sistem treament limbah yang memadai.

read more~ http://learnmine.blogspot.co.id/2014/10/sekilas-mengenai-manajemen-stockpile.html
Dokumentasi pribadi: Stockpile batubara CPP Manajemen Stockpile (Stockpile Management) Batubara Manajemen merupakan suatu proses perencanaan, pengorganisasian, pengkoordinasian dan pengontrolan sumber daya untuk mencapai sasaran secara efektif dan efesien. Dimana efektif berarti bahwa tujuan dapat dicapai sesuai dengan rencana, dan efesien berarti bahwa tugas yang telah ada dilaksanakan secara benar, terorganisir dan sesuai dengan perencanaan. Dalam kaitanya dengan fungsi dari ROM stockpile batubara sebagai tempat penimbunan sementara maka diperlukan sistem manajemen stockpile yang tepat. Penimbunan batubara merupakan salah satu tahapan pentng dari kegiatan penanganan batubara. Apabila sistem penimbunan kurang memadai maka dapat mengganggu kegiatan pembongkaran timbunan batubara di tempat penimbunan, terutama bagi batubara yang mudah terbakar dengan sendirinya. Sehingga dengan adanya upaya perbaikan manajemen timbunan, upaya menghindari gejala swabakar dan upaya menghindari dan mengatasi timbulnya genangan air, proses terjadinya swabakar dan genangan air pada penimbunan batubara dapat dicegah sekecil mungkin. Dalam proses penyimpanan diharapkan jangka waktunya tidak terlalu lama, karena akan berakibat pada penurunan kualitas batubara. Proses penurunan kualitas biasanya lebih dipengaruhi oleh proses oksidasi dan faktor alam. Prinsif dasar pengelolan stockpile adalah penerapan sistem FIFO ( First In First Out ), dimana batubara yang terdahulu masuk, harus dikeluarkan terlebih dahulu. Disamping itu ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam manajemen stockpile yaitu sebagai berikut : 1. Kontrol Temperatur dan Swabakar 2. Kontrol Terhadap Kontaminasi dan Housekeeping 3. Kontrol Terhadap Aspek Kualitas Batubara 4. Kontrol Terhadap Aspek Lingkungan Sistem FIFO ( First In First Out ) Fungsi Manajemen Stocpile Manajemen Stockpile berfungsi sebagai penyangga antara pengiriman dan proses. Juga sebagai persediaan strategis terhadap gangguan yang bersifat jangka pendek atau jangka panjang. Stockpile juga berfungsi sebagai proses homogenisasi dan atau pencampuran batubara untuk menyiapkan kualitas yang dipersyaratkan. Disamping tujuan di atas stockpile juga digunakan untuk mencampur batubara supaya homogenisasi yang bertujuan untuk menyiapkan produk dari satu tipe material dimana fluktuasi di dalam kualitas batubara dan distribusi ukuran disamakan. Dalam proses homogenisasi ada dua tipe yaitu blending dan mixing. Blending bertujuan untuk memperoleh produk akhir dari dua atau lebih tipe batubara yang lebih dikenal dengan komposisi kimia dimana batubara akan terdistribusi secara merata dan tanpa ada lagi jumlah yang cukup besar untuk mengenali salah satu dari tipe batu bara tersebut ketika proses pengambilan contoh dilakukan. Dalam proses blending batubara harus tercampur secara merata, sedangkan mixing merupakan salah satu tipe batubara yang tercampur masih dapat dilokasikan dalam kuantitas kecil dari hasil campuran material dari dua atau lebih tipe batubara. Proses penyimpanan, bisa dilakukan: Dekat tambang, biasanya masih berupa lumpy coal Dekat Pelabuhan Ditempat Penggunaan batubara Untuk proses penyiapan diharapkan jangka waktunya tidak lama, karena akan berakibat pada penurunan kualitas batubara. Proses penurunan kualitas biasanya lebih dipengaruhi oleh proses oksidasi dan alam. Kualitas Batubara menjelaskan mengenai parameter-parameter kualitas yang biasa diujikan terhadap batubara dan interpretasinya serta cara pengujiannya. Parameter kualitas batubara diantaranya adalah Basic Analysis (TM, Proximate, Sulfur, dan calorific value).dan parameter lainnya seperti ultimate hardgrove grindability index, ash analysis, dan ash fusion temperature. Manajemen Stockpile menjelaskan mengenai bagaimana mengelola stockpile batubara dan mengontrolnya dengan baik. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam Manajemen stockpile adalah sebagai berikut: 1. Pemantauan kuantitas (Inventory) dan movement batubara distockpile, meliputi recording batubara yang masuk (coal in) dan recording batubara yang keluar (coal out) di stockpile, termasuk recording batubara yang tersisa (coalbalance). 2. Menghindari batubara yang terlalu lama di stockpile, dapat dilakukan dengan penerapan aturan FIFO (First in first out) dimana batubara yang terdahulu masuk harus dikeluarkan terlebih dahulu. Hal ini dimaksudkan untuk mengurangi resiko degradation dan pemanasan batubara. 3. Mengusahakan pergerakan batubara sekecil mungkin di stockpile termasuk diantaranya mengatur posisi stock dekat dengan reclaimer, Monitoring efektivitas dozing di stockpile dengan maksud mengurangi degradasi batubara. 4. Pemantauan kuantitas batubara yang masuk dan keluar dari stockpile termasuk diantara control temperatur untuk mengantipasi self heating dan spocom. 5. Pengawasan yang ketat terhadap kontaminasi, meliputi pelaksanaan housekeeping dan Inspeksi langsung adanya pengotor yang terdapat distockpile. 6. Perhatian terhadap faktor lingkungan yang bisa ditimbulkan dalam hal ini mencakup usaha yaitu: Control dust, penerapan serta pengawasan penggunaan spraying dan dust suppressant. Adanya tempat penampungan khusus (fine coal trap) untuk buangan/limbah air dari drainage stockpile. Penanganan limbah batubara (remnant & spilage coal). 7. Tidak dianjurkan menggunakan area stockpile untuk parkir dozer, baik untuk keperluan Maintenance dozer atau over shift operator. Kecuali dalam keadaan emergency dan setelah itu harus diadakan house keeping secara teliti. 8. Menanggulangi batubara yang terbakar di stockpile. Dalam hal ini penanganan yang dianjurkan sebagai berikut: Melakukan spreading atau penyebaran untuk mendinginkan suhu batubara. Bila kondisi cukup parah, maka bagian batubara yang terbakar dapat dibuang. Memadatkan batubara yang mengalami self heating atau sponcom. Batubara yang mengalami sponcom tidak diperbolehkan langsung diloading ke tongkang sebelum didinginkan terlebih dahulu. Untuk penyimpanan yang lebih lama bagian atas stockpile harus dipadatkan guna mengurangi resapan udara dan air ke dalam stockpile. 9. Sebaiknya tidak membentuk tumpukan batu bara kerucut dengan bagian atas yang cekung, hal ini dimaksudkan untuk menghindari swamp di atas stockpile. 10. Mengusahakan bentuk permukaan basement berbentuk cembung atau minimal datar, hal ini berkaitan dengan kelancaran sistem drainage. Pengaturan penyimpanan (Storage Management) Pengaturan penyimpanan batubara sangat penting karena hal ini berkaitan dengan masalah pemeliharaan kuantitas dan kualitas batubara yang ditumpuk di stockpile. Manajemen penumpukan dimulai dari pembuatan desain stockpile yang berorientasi terhadap pemeliharaan kuantitas dan kualitas serta pada lingkungan. Berorientasi terhadap pemeliharaan kuantitas karena suatu pengaturan penyimpanan harus mempertimbangkan faktor kapasitas stockpile yang dapat semaksimum mungkin pada area yang tersedia tetapi tetap memperhatikan faktor kualitas dan lingkungan, sedangkan berorientasi pada pemeliharaan kualitas karena desain suatu stockpile harus mempertimbangkan faktor pengaturan kualitas yang effisien sehingga keperluan untuk pengaturan kualitas seperti blending, segregasi penumpukan yang didasarkan pada kualitas produk dan lain-lain. Kapasitas penyimpanan Batubara Kapasitas penyimpanan batubara di stockpile menentukan desain suatu stockpile. Stockpile yang berkapasitas kecil dengan batubara dengan kapasitas besar mungkin berbeda khususnya dalam penyiapan lahan dan preparasi lahan tersebut. Pada stockpile dengan kapasitas yang besar, dasar stockpile harus benar-benar kuat dan kokoh menahan beban yang besar. Kalau tidak, base stockpile tersebut akan turun di bagian tengah, dan juga akan ikut menurunkan batubara yang ada di atasnya. Dalam kondisi seperti itu akan terjadi kehilangan batubara di stockpile. Jumlah Produk yang Dipisahkan Banyaknya jumlah produk yang akan dipisahkan menentukan luasan stockpile yang diperlukan. Semakin banyak jumlah produk yang dipisahkan maka semakin pula besar areal yang diperlukan. Fasilitas Penumpukan dan pemuatan Alat yang digunakan dalam sistem penumpukan dan pemuatan batubara di stockpile juga mempengaruhi desain atau areal stockpile yang digunakan. Penggunaan stacker-reclaimer dalam sistem penumpukan serta pemuatan, membuat desain dan sistem penumpukan memanjang. Stacker-reclaimer juga mempermudah dalam pemisahan batubara yang memiliki kualitas yang berbeda dan sekaligus juga mempermudah dalam blending batubar-batubara tersebut. Tempat Produksi pada Stockpile Digunakan untuk menyimpan hasil produksi batubara ( crushing ) dan selanjutnya dimuat ke dalam tongkang. Produksi batubara tersebut sudah ter-sizing pada ukuran 1 sampai 50 mm. Ada 2 stockpile produksi yang mana masing-masing digunakan untuk setiap fasilitas crushing dan loading barge. Kontrol Debu dan monitoring temperatur Envirocoal Secara umum dust ( debu ) batubara berasal dari partikel yang berukuran – 0.5 mm ( fines ) yang bersuspensi dengan udara, sehingga dalam usaha pencegahan debu adalah dengan melakukan antisipasi terhadadap fines ( partikel halus ) tersebut. Penggunaan spray Air dapat dilakukan untuk mengatisipasi debu, direkomendasikan spray yang digunakan adalah dalam bentuk fog spray (kabut) karena lebih maksimal dalam menangkap debu. Untuk produk batubara envirocoal, dalam proses penyemprotan air ditambahkan juga bahan surfactan yang diproduksi oleh KAO disebut dengan PIC 103. Bahan surfactan ini dengan air akan terserap dengan cepat kedalam batubara. Spray larutan ( Air + PIC 103 ) dengan dengan rate 5 ppm/ton batubara bisa dilakukan saat: – Dumping batubara di hopper – Memasuki screen / divergator – Dibawah secondary crusher – Dibawah/dibagian belt conveyer Pemantauan temperatur di stockpile dilakukan setiap hari ( daily basis ), menggunakan thermocouple. Setiap pagi temperatur diukur dan dilihat trend-nya, juga dilihat adanya area-area stockpile yang mempunyai potensial pemanasan.Bila ditemukan adanya titik pemanasan di area stockpile, maka batubara di area tersebut akan diambil kemudian ditebar ( spreading ), setelah dingin batubara tersebut dikembalikan ke stockpile dan selanjutnya dikompaksi. Kontrol Terhadap Kontaminasi & Housekeeping Kontaminasi merupakan sesuatu yang hal sangat tidak diinginkan dalam suatu proses produksi batubara selain dapat mempenagaruhi kualitas batubara maupun performance daripada miner / penambang tersebut. Kontaminasi dapat terjadi mulai dari tambang, proses rehandling, di stockpile maupun di vessel. Hal ini dapat mengakibatkan claim atau complain dari suatu buyer. Kontaminasi di daerah tambang, kontaminasi yang umum terbawa pada saat expose batubara antara lain overburden yang berupa clay, tanah atau batuan lainnya. Hal ini berakibat akan meningkatnya kandungan abu ( ash content ) Kontaminasi proses rehandling, terjadi saat proses pengangkutan batubara. Kontaminasi ini biasa berupa : – Terdapatnya sparepart kendaraat berat / potongan logam – Kawat, besi, kayu, plastik, kaleng minuman, karet ban, dll – Kontaminasi di daerah stockpile. Stockpile yang kurang bagus dapat menyebabkan suatu kontaminasi terhadap batubara itu sendiri terutama dari basement / dasar dari stockpile akibat manuver-manuver dari suatu dozer / traktor sehingga akan terangkat dasar stockpile yang berupa tanah, lempung atau batu splite. Hal-hal yang perlu diperhatikan guna menghindari kontaminasi dari stockpile antara lain : – Supervisi yang ketat semua aktivitas area stockpile – Pelaksanaan housekeeping – Perawatan rutin peralatanyang digunakan, meliputi perawatan terhadap alat-alat plant maupun terhadap alat berat yang digunakan di area stockpile. – Metal detector, berfungsi untuk mencegah kontaminasi metal masuk ke stockpile maupun maupun batubara yang akan dikeluarkan dari stockpile. Kontrol Aspek Kuality & Kuantity Kontrol aspek kuality batubara di stockpile yang perlu dilakukan berupa : Penentuan / analisa kualitas batubara produksi yang ada di stockpile, kemudian melakukan pengaturan stock sesuai type batubara produksi di stockpile. Usaha mininimize resiko degradasi batubara ( pengaturan lama stocking, aktitivitas alat berat distockpile, reclaime pit, dll ) Pengaturan blending ratio batubara. Control dan monitoring semua faktor yang berdampak terhadap perubahan yang significan terhadap nilai kualitas batubara selama di stockpile. Sedangkan terhadap aspek kuantity perlu dilakukan sistem recording yang akurat terhadap inventory batubara dan pergerakan stock batubara ( coal movement ) . Limbah padat & cair Selama pengelolaan stockpile batubara limbah padat dan limbah cair merupakan resiko yang tidak bisa dihindari. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penangananan stockpile adalah perawatan basement stockpile, pemukaan stockpile diusahakan bisa mengalirkan air ke arah sistem drainage yang tersedia. Dalam hal ini bentuk yang ideal permukaan stockpile adalah sedikit cembung lebih tepatnya seperti punggung kura-kura dan sistem Drainage, semua air dari stockpile dialirkan ke arah sistem treatment limbah cair / padat serta memiliki sistem treament limbah yang memadai

read more~ http://learnmine.blogspot.co.id/2014/10/sekilas-mengenai-manajemen-stockpile.html

Tambang Terbuka

Tambang terbuka (surface mining) merupakan satu dari dua sistem penambangan yang dikenal, yaitu Tambang terbuka dan Tambang Bawah Tanah. dimana segala kegiatan atau aktivitas penambangan dilakukan di atas atau relatif dekat permukaan bumi dan tempat kerja berhubungan langsung dengan dunia luar.

Penambangan pada tambang terbuka itu sendiri dilakukan dengan beberapa tahapan kerja : pengurusan surat-surat ijin yang dibutuhkan untuk kegiatan penambangan, pembabatan (land clearing), pengupasan lapisan tanah penutup (stripping of overburden), penambangan (exploitation), pemuatan (loading), pengangkutan (hauling), dan pengolahan serta pemasaran.


I. Pengelompokan Tambang Terbuka

Pada prinsipnya tambang terbuka dapat digolongkan ke dalam empat golongan :

1. Open pit/Open mine/Open cut/Open cast.

Adalah tambang terbuka yang diterpakan pada penambangan ore (bijih). Misalnya nikel, tembaga, dan lain-lain.

2. Strip Mine.

Penerapan khusus endapan horizontal/sub-horizontal terutama untuk batubara, dapat juga endapan garam yang mendatar. Contoh Tamabang Batubara di Tanjung Enim.

3. Quarry

AdalahTambang terbuka yang diterapkan pada endapan mineral industri (industrial mineral). Contoh Tambang batu pualam di Tulung Agung.

4. Alluvial mining

Dapat dikatakan sebagai “placer Mining” ataupun di Australia disebut “Beach-mine” yaitu cara penambangan untuk endapan placer atau alluvial. Contoh tambang Cassiterite di Pulau Bangka, belitung dan sekitarnya.

II. Konsiderasi Pada Operasi Penambangan


Secara garis besar, faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kelangsungan kegiatan penambangan dibagi dalam dua kategori, yaitu faktor teknis dan faktor ekonomi.


1. Kajian Secara Teknis

Unsur unsur teknis yang perlu mendapat perhatian dalam pelaksanaan aktifitas kegiatan kerja sebuah proyek penambangan meliputi :

a. Kondisi Umum tempat proyek dilaksanakan

Kondisi Kondisi tempat kerja yang perlu diperhatikan adalah meliputi kondisi geologi, topografi, iklim dan sosial Budaya. Keadaan umum tersebut mutlak diperhitungkan guna menentukan penjadwalan waktu kegiatan dan yang utama sekali menetapkan efesiensi kerja kerja efektif dari pelaksanaan proyek tersebut.

b. Sarana perlengkapan peralatan kerja

Jenis perlengkapan dan peralatan kerja disesuaikan dengan kondisi tempat kerja, maksud pekerjaaan, kapasitas produksi, dan efektifitas kerja yang diinginkan. Cara pengadaanya diperhitungkan dengan umur produksi dan efektifitas kerja dan ketersediaan modal kerja yang di miliki.

c. Metode Pelaksanaan kerja

Dalam proyek ini pelaksanaan kegiatan pembongkaran material dilakukan dengan peledakan. Metode tersebut dipilih mengingat jenis materialnya memilki kekerasan yang cukup tinggi, fraksi material yang lepas yang sasaran produksinya telah ditentukan.

2. Kajian Secara Ekonomis

Kajian secara ekonomis dimaksudkan untuk mengetahui sebuah proyek penambangan memperoleh keuntungan atau tidak. Dalam perhitungan aliran uang diperhatikan beberapa faktor yang berpengaruh dalam situasi ekonomi. Hal-hal yang diperhatikan tersebut adalah:
  • Nilai (value) daripada endapan mineral per unit berat (P). dan biasanya dinyatakan dengan ($/ton) atau (Rp/ton).

  • Ongkos produksi (C), yaitu ongkos yang diperlukan sampai mendapatkan produknya diluar ongkos stripping.

  • Ongkos stripping of overburden (Cob).

  • Cut Off Grade, akan menentukan batas-batas cadangan sehingga menentukan bentuk akhir penambangan.

III. Aktifitas Pertambangan Pada Tambang Terbuka


A. Tahap Persiapan

Kegiatan – kegiatan yang dilakukan pada awal proses pengambilan atau penambangan bahan galian terdiri dari tahap persiapan (pra penambangan), Kegiatan tersebut meliputi :

1. Pembuatan Jalan Rintasan

Jalan rintasan berfungsi sebagai jalur lewatnya alat – alat berat ke lokasi tambang, kemudian dikembangkan sebagai jalan angkut material dari front penambangan ke lokasi pabrik peremukan. Pembuatan jalan diguna-kan dengan memakai Bulldozer yang nantinya digunakan pula sebagai pengupasan lapisan penutup.


2. Pembersihan Lahan

Pekerjaan ini dilakukan sebelum tahap pengupasan lapisan tanah penutup dimulai. Pekerjaan ini meliputi pembabatan dan pengumpulan pohon yang tumbuh pada permukaan daerah yang akan ditambang dengan tujuan untuk membersihkan daerah tambang tersebut sehingga kegiatan penambangan dapat dilakukan dengan mudah tanpa harus terganggu dengan adanya gangguan tetumbuhan yang ada didaerah penambangan.


Kegiatan pembersihan ini dilakukan dengan menggunakan Bulldozer. Pembersihan dilakukan pada daerah yang akan ditambang yang mempunyai ketebalan overburden beberapa meter dengan menggunakan Bulldozer dan dilakukan secara bertahap sesuai dengan pengupasan lapisan tanah penutup.Dalam pembabatan, pohon didorong kearah bawah lereng untuk dikumpulkan, dimana penanganan selanjutnya diserahkan pada penduduk setempat.


3. Pengupasan Tanah Penutup

Pembuangan lapisan tanah penutup dimaksudkan untuk membersihkan endapan batu gamping yang akan digali dari semua macam pengotor yang menutupi permukaanya, sehingga akan mempermudah pekerjaan penggaliannya disamping juga hasilnya akan relatif lebih bersih.


Lapisan tanah penutup pada daerah proyek terdiri atas dua jenis yaitu top soil dan lapisan overburden sehingga lapisan dilakukan terhadap lapisan top soil terlebih dahulu dan ditempatkan pada suatu daerah tertentu untuk tujuan reklamasi nantinya.


Setelah lapisan top soil terkupas, selanjutnya dilakukan pengupasan pada lapisan overburden lalu didorong dan ditempatkan pada daerah tertentu dan sebagian lagi digunakan sebagai pengeras jalan. Kegiatan pengupasan dilakukan secara bertahap dengan menggunakan bulldozer, dimana tahap pengupasan awal dilakukan untuk menyiapkan jenjang pertama dan pengupasan berikutnya dapat dilakukan bersamaan dengan tahap produksi, sehingga pola yang diterapkan adalah seri dan paralel yang bertujuan untuk :

  • Menghemat investasi dan biaya persiapan.

  • Menghindari pengotoran endapan batu gamping dari lapisan penutup, sehingga mempermudah dalam pekerjaan penggalian.

  • Menghindari terjadinya longsoran dan bahaya angin.

4. Persiapan Peralatan Penambangan

Penambangan yang akan dilakukan difokuskan dengan menggunakan peralatan mekanis. Adapun alat yang digunakan diperlukan untuk menunjang kegiatan penambangan, yaitu :
  • Bulldozer, yang digunakan untuk pembersihan lahan dan pengupasan lapisan tanah penutup.

  • Loader, yang digunakan untuk memuat bongkahan batu gamping hasil dari pembongkaran keatas alat angkut.

  • Truck, yang digunakan sebagai alat angkut hasil front penambangan ke tempat pabrik peremukan/penggerusan.

  • Crushing Plant, yaitu suatu unit pengolahan yang berfungsi sebagai alat preparasi batu gamping dari front penambangan guna mendapatkan ukuran butiran yang diinginkan oleh pasar.

  • Pembangkit Listrik, berfungsi sebagai sumber tenaga listrik yang akan dipakai sebagai penerangan, untuk alat pengolahan dan menggerakkan alat – alat yang bekerja didalam pabrik.

  • Pompa Air, digunakan untuk memompa atau mengambil air guna memenuhi kebutuhan peralatan dan karyawan.

5. Persiapan Pabrik Peremukan

Pabrik peremukan ini harus dibuat cukup luas agar dapat menampung material hasil penambangan sebelum proses peremukan.

a. Pemilihan Lokasi Peremukan dan Stock Pile

Pemilihan lokasi biasanya bedasarkan topografi daerahnya yang agak landai . Lokasi pabrik dipilih daerah yang relatif datar dan tanpa vegetasi sehingga hanya perlu proses atau pekerjaan perataan seperlunya saja. dan dekat dengan Infrastruktur yang ada seperti jalan, dan penerangan.

b. Pemasangan Peralatan pada Pabrik Peremuk

Untuk penempatan mesin peremuk dibutuhkan pondasi yang cukup kuat agar dapat bertahan cukup lama sesuai dengan proyek yang diselenggarakan dan masalah konstruksi pondasi diborongkan kepada pihak kontraktor dengan pihak pemasok mesin peremuk sebagai konsultan.

c. Letak Kantor

Sarana perkantoran digunakan sebagai pusat pengaturan dan pelaksanaan kegiatan kerja penambangan dan direncanakan berada pada daerah yang mudah dicapai dan dekat dengan jalan masuk. Bangunan ini dibuat permanen karena dipakai dalam jangka waktu yang sangat lama sesuai dengan umur proyek.

d. Pusat Perawatan Alat

Dalam menunjang kelancaran operasi dibutuhkan peralatan-peralatan yang selalu dalam kondisi yang baik dan siap pakai. Untuk itu sangat dibutuhkan suatu sarana sebagai tempat perawatan peralatan (spare part), agar perawatan terhadap peralatan atau mesin-mesin yang digunakan dapat dilakukan secara rutin baik itu dalam jenis perawatan yang ringan maupun pergantiaan suku cadangnya.

e. Penerangan

Sarana penerangan dimaksudkan untuk memberikan penerangan disekitar bangunan, jalan, dan terutama sekali didalam kegiatan penunjang kerja. Sumber listrik untuk penerangan ini tidak menjadi satu dengan listrik untuk pabrik, sehingga khusus untuk sarana penerangan ini diperlukan sebuah generator.

f. SumberAir

Air merupakan sumber sarana yang sangat vital bagi sebuah proyek yang melibatkan banyak tenaga kerja. Disamping air digunakan sebagai kebutuhan sehari-hari, air juga dipakai dalam kegiatan penambangan yang didapat dari air tanah dengan melakukan pemboran.

g. Prasarana Penunjang Lainnya

Yang dimaksud dengan prasarana lain disini adalah prasarana yang dipakai untuk kepentingan umum dimana selain digunakan oleh perusahaan juga dapat dipakai oleh masyarakat setempat sehingga mempunyai dampak yang positip terhadap kehidupan masyarakat sekitar. Prasarana lainnya meliputi saran olahraga, saran tempat peribadatan, poliklinik, power house, dan pos keamanan.

B. Operasi Penambangan

Tujuan utama dari kegiatan penambangan adalah pengambilan endapan dari batuan induknya, sehingga mudah untuk diangkut dan di proses pada proses selanjutnya selanjutnya. Setelah operasi persiapan penambangan selesai dan pengupasan lapisan tanah penutup pada bagian atas cadangan batugamping terlaksana (arah kemajuan penambangan dari kontur atas ke bawah). Maka dapat dimulai kegiatan operasi penambangan.

Kegiatan penambangan terbagi atas tiga kegiatan, yaitu pembongkaran, pemuatan dan pengangkutan. Adapun rincian dari ketiga kegiatan tersebut adalah:


1. Pembongkaran

Pembongkaran merupakan kegiatan untuk memisahkan antara endapan bahan galian dengan batuan induk yang dilakukan setelah pengupasan lapisan tanah penutup endapan batugamping tersebut selesai. Pembongkaran dapat dilakukan dengan menggunakan peledakan, peralatan mekanis maupun peralatan non mekanis.

Untuk kegiatan pembongkaran batugamping menggunakan pemboran yang kemudian dilakukan peledakan. setelah batuan diledakkan kemudian digusur menggunakan alat bulldozer, yang kemudian dikumpulkan di tepi batas penambangan atau tepi jalan tambang tiap blok. Banyaknya batugamping yang dibongkar tiap-tiap blok tidak sama, tergantung persyaratan kualitas yang diminta oleh konsumen.



2. Pemuatan

Pemuatan adalah kegiatan yang dilakukan untuk memasukkan atau mengisikan material atau endapan bahan galian hasil pembongkaran ke dalam alat angkut. Kegiatan pemuatan dilakukan setelah kegiatan penggusuran, pemuatan dilakukan dengan menggunakan alat muat Wheel Loader dan diisikan ke dalam alat angkut.

Kegiatan pemuatan bertujuan untuk memindahkan batugamping hasil pembongkaran kedalam alat angkut. Pengangkutan dilakukan dengan sistem siklus, artinya truck yang telah dimuati langsung berangkat tanpa harus menunggu truck yang lain dan setelah membongkar muatan langsung kembali ke lokasi penambangan untuk dimuati kembali.


3. Pengangkutan

Pengangkutan adalah kegiatan yang dilakukan untuk mengangkut atau membawa material atau endapan bahan galian dari front penambangan dibawa ke tempat pengolahan untuk proses lebih lanjut. Kegiatan pengangkutan menggunakan Dump Truck yang kemudian dibawa ke tempat pengolahan untuk dilakukan proses peremukan (crushing), jumlah truk yang akan digunakan tergantung dari banyaknya material batugamping hasil peledakan yang akan diangkut.

C. Pengolahan Dan Pemasaran


1. Pengolahan

Adalah kegiatan yang bertujuan untuk menaikkan kadar atau mempertinggi mutu bahan galian yang dihasilkan dari tambang sampai memenuhi persyaratan untuk diperdagangkan atau dipakai sebagai bahan baku untuk bahan industri lain.

Bahan galian yang dihasilkan dari tambang biasanya selain mengandung mineral berharga yang diingikan juga mengandung mineral pengotor (gangue mineral) sehingga hasil tambang tidak bisa langsung dimanfaatkan atau diperdagangkan. Untuk menghilangkan mineral pengotor tersebut sehingga hasil tambang dapat dimanfaatkan atau diperdagangkan, maka dilakukan dengan pengolahan bahan galian ( ore/mineral dressing).


Proses pemisahan pemisahan antara mineral berharga dengan mineral-mineral pengotor didasarkan kepada perbedaan baik fisik maupun sifat kimia antara mineral berharga dengan mineral pengotornya.


Keuntungan lain dari pengolahan bahan galian selain meningkatkan kadar mutunya. Ialah juga untuk mengurangi jumlah volume dan beratnya sehingga dapat mengurangi jumlah volume dan beratnya sehingga dapat mengurangi ongkos pengangkutannya.


2. Pemasaran

Pemasaran adalah kegiatan yang bertujuan untuk menjual suatu produk kepada para pemakai produk atau konsumen dengan harga yang telah ditentukan atau berdasarkan atas perjanjian antara kedua belah pihak yang bersangkutan. Kegiatan pemasaran dilakukan setelah kegiatan pengolahan atau setelah syarat-syarat yang telah ditentukan oleh konsumen terhadap mutu produk terpenuhi.

D. Reklamasi

Reklamasi merupakan pekerjaan-pekerjaan yang bertujuan untuk memperbaiki atau mengembalikan tata lingkungan hidup agar lebih berdaya guna. Usaha ini harus dilakukan setiap pengusaha (pengusaha pertambangan) sesuai peraturan pemerintah yang berlaku.

Dalam pelaksanaannya ada beberapa kesulitan untuk reklamasi daerah bekas tambang apabila tanpa perencanaan pengelolaan yang baik. Kesulitan tersebut antara lain :

  1. Tidak dilakukannya pengamatan terhadap tanah humus sehingga dalampelaksanaannya baanyak tanah humus yang terbuang.

  2. Tidak dilakukannya dengan tuntas sehingga terdapat bekas daerahtambang yang dibiarkan terbuka untuk beberapa lama karena adasebagian tanah galian masih tersisa.

  3. Kesulitan penentuan lokasi penimbunan tanah penutup.

Beberapa faktor penting yang saling mempengaruhi lingkungan dari kegiatan pertambangan antara lain penerapan teknologi pertambangan. Kegiatan faktor ini saling berpengaruh bukan hanya pada lingkungan diluar pertambangan dimana daya dukung menjadi berkurang, akan tetapi kegiatan penambangan akan mengalami hambatan dalam kelancaran operasinya.


Reklamasi didaerah bekas tambang dilakukan dengan cara pengambilan kembali tanah penutup (top soil) ke bekas daerah penambangan kemudian dilakukan pemupukan tanah untuk mengembalikan kestabilan dan kesuburan tanah. Sehingga dapat ditanami tanaman yang lebih produktif bagi penduduk setempat, agar tata lingkungan tidak jauh berbeda dengan lingkungan sebelumnya maka dipilih bibit mahoni sebagai tanaman reklamasi.


Kegiatan reklamasi akan dilakukan setelah kegiatan penambangan selesai, dalam hal ini setelah penambangan pada suatu daerah selesai dilaksanakan, dengan urutan kegiatan sebagai berikut :

  1. Pengupasan lapisan tanah penutup (top soil) dilaksanakan.

  2. Lapisan tanah penutup (top soil) tersebut dikumpulkan pada suatu tempat.

  3. Kegiatan penambangan dan pengolahan.

  4. Tailing dari proses pengolahan dimasukkan kembali pada blok yang telahditambang.

  5. Perataan tinggi daerah penambangan dengan daerah sekelilingnya yang tidak ditambang.

  6. Penyebaran lapisan tanah penutup (top soil).

  7. Penanaman dengan tanaman keras yang cocok dengan daerah tersebut.